Cinta. Kenapa aku ngambil judul itu? Aku juga ngga tau, lagi pengen aja. Haha
Apakah aku ahli dalam bidang tsb? Tentu saja jawabannya tidak, karena saya masih berumur tujuh belas tahun dan baru tinggal dibumi kurang lebih selama 17 tahun 3 bulan 17 hari 3 jam 17 detik (terhitung sejak ibuku melahirkanku. Mau ikutan ngitung? Kata mamah aku lahir tanggal 20 nov ’93 ba’da magrib, eh aku juga punya kalender pas tahun 1993 loh! haha)
Aku cucu terakhir, yang aku ingat aku punya seorang kakek dari mamah, ayah kandung mamah, aku memanggilnya mbah Ima (Rasima alm.). Yang aku ingat aku punya seorang nenek dari bapak, ibu kandung bapa, aku memanggilnya mbah Gude. Yang aku ingat aku punya seorang kakek dari bapak, paman dari bapa, aku memanggilnya embah Cikijing, aku tidak tahu namanya tapi begitulah aku memanggilnya. Dan mereka semua sudah meninggal jauh sebelum aku menulis ini, jadi tidak banyak yang bisa aku ceritakan tentang cinta antara cucu dengan kakek-nenek-nya, karna aku tidak ahli dalam bidang ini.
Satu-satunya alasan aku menulis ini, aku kangen mereka…
Mbah Ima adalah mbah terbaik diseluruh dunia. Walaupun aku cucu terakhir, aku masih ingat betapa hebat dan penuh cintanya mbahku tersebut. Mbah Ima tinggal di Cirebon, didepan rumahnya ada kebun yang lumayan luas, ditanami banyak pohon terutama pohon mangga. Kakak-kakakku suka ngerujak, mungkin itu salah satu alasan mbah ima ngga nebang pohon2 itu. Yang aku ingat, waktu aku kecil, mbah Ima tak pernah mengizinkan orang meminta mangganya menjelang kedatangan kami ke Cirebon. Mbah Ima memang galak, mungkin karena mbah Ima dulunya kerja di militer. Setelah mbah Ima meninggal, selang beberapa tahun, pohon mangga itu ditebang. Sedih rasanya, ngga ada mangga semanis mangga mbah Ima. Walau mbah jarang senyum, aku kangen mbah Ima…
Mbah gude adalah mbah tercantik yang pernah kumiliki. Aku sering kerumah mbah, karna mbah juga tinggal di bandung. Tapi setiap kali aku ke Kircon, aku selalu menginap di rumah sepupuku, jaraknya ngga jauh dari rumah mbah. Mungkin karena disitu aku merasa punya ‘teman’. Aku ingat mbah selalu memakai kebaya, rambut mbah panjang dan tersisir rapi disanggul (sanggul apa cepol ya namanya, pokonya seperti itulah). Aku ingat saat itu aku duduk dipangkuanmu, aku tidak ingat seberapa beratnya diriku saat itu, maaf jika itu menyakitimu, aku bilang “mbah kenapa sih lehernya ada jawer2nya, kaya ayam yang merah2nya itu…” bego, cuma itu makian yang cocok buat aku dimasa lalu, maaf jika perkataanku menyakitimu. Aku harap kamu memakluminya. Aku inget aku juga kadang suka nyeletuk, “ih budek si mbah mah” bego, cuma itu makian yang cocok buat aku dimasa lalu, maaf jika perkataanku menyakitimu (lagi). Mungkin karena saat itu aku dalam masa ‘maceuh’, banyak perkataan yang menyakiti hatimu, maafkan aku mbah. Kata mamah, mbah adalah koki waktu jaman Belanda, kenapa mbah ngga pernah cerita? Jika mbah banyak bercerita, mungkin akan banyak rasa kagum cucumu ini padamu mbah. Aku juga kangen mbah gude…
Embah Cikijing, itu bukan nama aslinya, tapi beliau tinggal di Cikijing, jadi begitulah saya memanggilnya. Embah adalah paman yang merawat bapak sejak saat kecil dulu. Katanya mbah ngga bisa punya anak, jadi bapaklah yang menggantikan posisi anaknya. Yang aku ingat ketika aku SD kelas 5 (atau 6?) mbah dirawat di RS karna jantung mbah bocor. Apa itu sakit? Maafkan cucumu ini yang ngga pernah nengok ke RS. Aku ingat waktu kecil aku ngga suka scott emulsion dan aku kasihin ke mbah satu botol penuh, apa mbah suka? Tenang aja kalo mbah ngga suka, aku juga ngga suka kok… :O Oia aku ingat, butuh perjuangan buat nyampe rumah mbah, aku-Ia-teteh-mamah-bapak harus mendaki-gunung-lewati-lembah-sungai-mengalir-indah-ke-samudera supaya sampai kesana. Dan aku ingat, waktu itu aku pernah kebelet pipis dan akhirnya pipis di aliran air disana, aku juga ngga tau apa itu sungai kecil atau saluran irigasi, yang jelas kalo dipikir2 ‘itu aer pipis gue apa ngga bahaya ngalir disitu?’ hahahaha mungkin kalo mikirnya sekarang mah udah ngga apa2 kali ye. Kali aja udah jadi santap saur warga sekitar. Kekekeke~ jangan dibayangkan…. :O
Ya begitulah, sejak aku SMP aku benar2 tidak punya kakek ataupun nenek. Kenapa aku membuat postingan ini?
Karena aku kangen mereka. Karena saat liburan ke Cirebon kemaren, seorang penjual balon bertanya “Kesini liburan? Liburan? Atau ziarah? Ziarah ya?” Benar, aku sudah lama tidak ziarah ke makam mereka. Do’aku juga sudah putus, entah sejak kapan, aku malu. Aku bukan cucu yang baik bagi mereka. Dulu maupun sekarang.
Jika kalian membaca tulisanku, aku titip doa untuk mereka. Aku titip doa untuk semua keluarga muslim dimanapun. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
yang rindu akan kasih sayang kakek nenek
Katusha Levanti
0 comments:
Post a Comment